Assalamualaikum Wr.wb
Hai sobat... apa kabarnya nih ? postingan kali ini masih dari novel KETIKA CINTA BERBUAH SURGA karya Habiburrahman El Shirazy. Kali ini judul ceritanya adalah "KALIMAT PENGUSIR MAKSIAT"

SEORANG ULAMA terkemuka, Imam Sahl bin Abdullah Al-Tastari menuturkan kisah dirinya, "Ketika umur tiga tahun, aku ikut pamanku yaitu Muhammad bin Sanwar untuk melakukan qiyamullail.
aku melihat cara shalat pamanku dan aku menirukan gerakannya.

Suatu hari, paman berkata kepadaku, 'Apakah kau mengingat Allah, yang menciptakanmu?'
Aku menukas, 'Bagaimana caranya aku mengingatNya?'
Beliau menjawab, 'Anakku, jika kau berganti pakaian  dan ketika hendak tidur, katakanlah tiga kali dalam hatimu, tanpa menggerakan lisanmu, 'Allahu ma'i...  Allahu naadhiri... Allahu syahidi!'
(Artinya, Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku! ')

Aku menghafalkan kalimat itu, lalu mengucapkannya bermalam-malam. Kemudian, aku menceritakan hal ini kepada paman.

Pamanku berkata, 'mulai sekarang, ucapkan zikir itu sepuluh kali setiap malam.'

Aku melakukannya, aku resapi maknanya, dan aku merasakan ada kenikmatan dalam hatiku. Pikiran terasa terang. Aku senantiasa bersama Allah SWT.

Satu tahun setelah itu, paman berkata, 'jagalah apa yang aku ajarkan kepadamu, dan langgengkanlah sampai kau masuk kubur. Zikir itu akan bermanfaat bagimu dunia dan akhirat.

Lalu, pamanku berkata, 'Hai Sahl, orang yang merasa selalu disertai Allah, dilihat Allah, dan disaksikan Allah, akankah dia melakukan maksiat?'

Kalimat Allahu mai, Allahu naadhiri, Allahu Syahidi! sangat terkenal dikalangan ulama arifbillah.  Bahkan, Syeikh Al-Azhar ; Imam Abdul Hamid Mahmud, yang terkenal sebagia ulama yang arif billah
menganjurkan kepada kaum muslimin untuk menancapkan kalimat itu di dalam hati. Maknanya yang dahsyat, jika dihayati dengan sungguh-sungguh, akan mendatangkan rasa ma'iyatullah (slalu merasa disertai, dilihat, dan disaksikan Allah Swt, dimana dan kapan saja).

Pada akhirnya, rasa ini akan menumbuhkan taqwa yang tinggi kepada Allah Swt. Kalau sudah begitu, apakah orang yang merasa selalu disertai, dilihat, dan disaksikan Allah akan melakukan maksiat?