Tongkat Sang Pengkhianat

Assalamualaikum Wr.Wb
Hai Sobat kembali lagi nih dengan saya kali saya akan membagi cerita yang saya ambil dari buku KETIKA CINTA BERBUAH SURGA jadi buat sobat yang belum sempat membeli buku yang terbit 2008 itu gk usah khawatir. Langsung saja saya akan mulai dari cerita ini. Baca sampe selesai ya sobat.

                                           TONGKAT SANG PENGKHIANAT

          Dua orang lelaki memasuki ruang pengadilan dan berdiri didepan hakim. Orang yang satu bertubuh tinggi dan kekar. wajahnya masih segar dan tampak muda. Usianya sekitar 40 tahun. Sedangkan yang satunya, seorang lelaki yang tampak tua renta. Punggungnya seperti sudah bongkok. Dia berdiri dengan bertumpu pada tongkatnya.

          Lelaki muda berkata, "Wahai Tuan Hakim, aku meminjamkan 10 keping uang emas pada sahabatku ini. dia berjanji akan mengembalikannya jika keadaannya telah membaik. Setiap kali aku meminta dia selalu menghindar dan mengelak."

          Sang Hakim bertanya kepada orang tua itu, "Apa yang akan kamu katakan setelah mendengar pernyataan temanmu itu?"
         
          Orang tua itu menjawab, "Kuakui, dia memang pernah meminjamiku sepuluh keping uang emas, tetapi sudah aku kembalikan, tuanku."

          lalu Hakim berdiri dan berkata, "Apakah kamu berani bersumpah didepan pengadilan bahwa kamu telah mengembalikan sepuluh uang emas
itu kepada temanmu?"
        
          Orang tua itu langsung menjawab dengan suara lantang, "Ya, aku berani tuan hakim."

          Sang Hakim berkata. "baiklah, sekarang angkat tangan kananmu dan bersumpahlah."

          Orang tua itupun menoleh kepada lelaki muda yang ada disampingnya dan meminta agar lelaki itu memegangkan tongkatnya sebentar. dengan begitu, dia mengangkat tangan kanannya ketika bersumpah.

          Orang tua itupun mengangkat tangan kanannya dan berkata, "Aku bersumpah demi Allah bahwa aku telah mengembalikkan sepuluh keping uang emas kepadanya."

          Tuan hakim pun mengecam lelaki muda yang telah menuduh tidak baik kepada orang tua itu. Lelaki muda itu seketika minta maaf kepada tuan hakim, mungkin dia telah lupa bahwa orang tua itu telah mengembalikannya.

         Orang tua itu lalu mengambil kembali tongkatnya, dia hendak pergi dengan bertumpu pada tongkatnya.  Sebelum keduanya pergi meninggalkan pengadilan, tiba-tiba terlilntas pemikiran yang mengejutkan dalam kepala tuan hakim.  Dia segera memanggil keduanya.

         Keduanya kembali menghadap tuan hakim.

         Lalu, tuan hakim bertanya pada orang tua, "Apakah kamu biasa memakai tongkat, pak tua?"
        
         Orang tua itu menjawab, "kadang-kadang tuanku."

         Tuan hakim juga menanyakan hal yang sama kepada lelaki muda.

         Dia menjawab. "Tidak. Tuanku. Aku tidak pernah melihat sebelumnya iya memakai tongkat."

         Tuan hakim meminta orang tua itu menyerahkan tongkatnya. Hakim memegang tongkat itu dan memeriksanya dengan seksama. Tuan hakim merasakan tongkat itu agak berat. Hakim memegang lekukan dipangkal tongat yang biasa dibuat pegangan dan mencoba memutarnya, ternyata bisa.
       
          Saat itu, wajah lelaki tua pemilik tongkat pucat pasi. Lalu tuan hakim menariknya kuat-kuat, dan lepaslah lekukan itu. Ternyata, tongkat itu berlubang. Lubangnya disumpal dengan menggunakan secarik kain. Tuan Hakim menarik kain yang menyumpal lubang itu. Lalu, dia memiringkan tongkat itu ; mengarahkan lubangya kebawah.
Seketika, terdengar suara gemerincing. Kepingan-kepingan uang emas berjatuhan dihadapan hadirin. Seketika, Tubuh orang tua itu gemetar.
 
         Lalu, tuan hakim meminta agar lelaki muda memunguti kepingan-kepingan uang emas itu. Setelah terkumpul semua, lelaki muda menghitung dan ternyata berjumlah sepuluh kepimg.

        Tuan hakim langsung berkata kepada orang tua itu, "Hai, Orang tua busuk, kau kira kau bisa menipu lelaki ini dan mengelabui aku!" Aku sudah curiga kepadamu sejak kau menyerahkan tongkat kepada temanmu sebelum bersumpah. Apakah kau kira sumpahmu benar?"

        Kemudian, tuan hakim menoleh pada lelaki muda pemilik sepuluh keping emas itu seraya berkata padanya, "Orang tua ini licik dan pendusta. Dia meneyerahkan tongkat yang didalamnya ada sepuluh keping emas kepadamu. Lalu, dia bersumpah telah menyerahkan emas itu kepadamu karena saat itu emasmu sedang berada dalam genggamanmu tanganmu. sementara itu, kau tidak tahu. inilah tipu daya dia."

         Akhirnya, hakim menoleh kepada para prajurit pengadilan dan memberi perintah tegas. " Tangkap orang tua busuk ini dan masukkan dia ke dalam penjara sampai aku menemukan hukuman yang pantas
untuk orang yang mempermainkan sumpah dan mengkhianati amanah."

         Kemudian, lelaki muda itu keluar dari pengadilan dengan hati gembira. Dia seakan tidak percaya uang emasnya akan kembali. Orang-orang yang menghadiri persidangan itu terkagum-kagum
oleh kecerdasan dan keadilan hakim yang telah mampu membuka rahasia yang tersimpan dalam tongkat orang tua yang berkhianat itu.     

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Sesuatu Disini Ya Sobat